Rabu, 12 Maret 2014

"Red Army" Manchester United Hooligan


Manchester united merupakan salah satu dengan supremasi yang besar dari klub-klub sepakbola di daratan Eropa, mulai dari pemain-pemain yang ada di line-up, manajemen, asisten dan pelatih yang menukangi tim tersebut. Dari sebagian supporter pendukung mereka yangtersebar luas dari ujung satu ke ujung yang lainnya terdapat  supporter fanatik Manchester United yaitu the red army atau jika di bahasa Indonesia kan menjadi Tentara Merah. Mungkin dari dahulu sampai saat ini setahu saya jumlah mereka tentu sangat banyak dapat dikatakan memiliki jumlah sangat besar dengan tingkat hooliganisme tinggi di Britania Raya. 
Sementara itu nama The Red Army juga digunakan untuk merujuk kepada fans Manchester United itu sendiri pada umumnya, yang kemudian pada pertengahan tahun 1970-an nama itu kemudian menjadi identik dengan beberapa kejadian-kejadian insiden dan kekerasan menentukan dalam hooliganisme Inggris Raya. Pasa saat tersaji laga – laga kandang maupun tandang Manchester United bentrokkan-bentrokan pada saat itu pun sering terjadi, entah apapun itu sebab dan akibatnya kejadian tersebut. Saya kutip berita dari dailymail.co.uk bentrokan massal terjadi dan terekan terekam pada tahun 1985. Kala itu the red army berseteru dengan hooligan pendukung dari tim West Ham United disekitaran kota Manchester.

Daily Mail, Saturday August 9, 1986, Man Utd V West Ham (sumber dailymail.co.uk)


Sejarah Singkat Red Army (Tentara Merah)
Tentu kalau dijelasin satu persatu secara rinci dan jelas mungkin saya tak akan pernah bisa, karena histori dan sejarah mengenai supporter dan tim Manchester United itu sendiri sudah ada sejak lama sekali, dan itu sudah menjadi dari bagian cerita sejarah d Kota , Inggris. Tapi setidaknya ada sebagian yang bisa saya kutib sedikit cerita dari pejalanan dan kisah Red Army merupakan julukan bagi kelompok hooligans atau fans garis keras Manchester United yang lebih terkenal dengan istilah hooligan firm
Pada era akhir tahun 70an dan awal 80an merupakan masa-masa dimana Red Army tersebut seakan membusungkan dadanya dan sangat terkenal dengan segala eksistensinya, hingga mendapatkan predikat sebagai kelompok hooligans terbesar di negeri Inggris Raya ada saat itu, yang setahu saya pada kultur tahun yang sama terdapat juga kelompok-kelompok supporter dari klub lain yang juga mempunyai fanatic dan bersifat garis keras lainnya seperti contohnya Chelsea Headhunters (pendukung Chelsea) ataupun Liverpudilan (supporter Liverpool).
Red Army adalah perusahaan hooligan yang mengikuti English sepakbola klub Manchester United. Meskipun saat ini istilah Tentara Merah digunakan terutama untuk merujuk kepada fans dari klub pada umumnya, perusahaan hooligan telah salah satu perusahaan terbesar di sepak bola Inggris. Anggota Firm - dan perusahaan itu sendiri - kadang-kadang dikenal sebagai Pria in Black, karena para anggota berpakaian dalam semua pakaian hitam. Dalam 'jagoan' bukunya, Tentara Merah hooligan Colin Blaney menyatakan bahwa ada juga sub-divisi perusahaan yang dikenal sebagai Munichs muda, Inter Kota Jibbers dan Tikus Moston. 
Red Army itu sendiri merupakan  nama yang diberikan kepada away supporters Manchester United selama tahun 1970-an. Yang paling terkenal adalah pada tahun 1974-75, saat United terdegradasi dari divisi utama Liga Inggris dan bermain satu musim di divisi kedua. Red Army yang selalu menyebabkan kekacauan di seluruh negeri Inggris, mengunjungi stadion di mana mereka akan hadir lebih banyak dari pada home fans.
Masih dari berita yang saya baca mereka sering kali berkelahi dengan kelompok dan para supporter hooligans lainnya, yang terutama dengan rival besar terberat mereka saat itu ICF (Inter CIty Firm) yang merupakan kelompok hooligans dari klub West Ham United. Mungkin suasana dan aroma paa saat itu bisa dibayangin sangat kental dengan perkelahian-perkelahian dan saling bersitegang antara satu dengan yang lainnya. 
Red Army tampil dalam film dokumenter tahun 1985 berjudul ‘hooligan’ dimana saat itu kelompok hooligans West Ham United melakukan perjalanan away ke Old Trafford dalam pertandingan Piala FA Putaran ke-6,  dan terjadi perkelahian besar dengan antara Red Army dengan ICF di sekitar Manchester seusai pertandingan. Ini menunjukkan Tentara Merah pertempuran dengan Kota Firm Inter (ICF) di sekitar daerah kota Manchester, di Inggris. Mereka juga ditampilkan dalam The Real Football Pabrik seri dokumenter. Sebuah episode dari BBC drama, Hidup di Mars dimaca terdapat sebuag ceripa pendek yang berpusat pada hooliganisme sepak bola dengan fans Manchester United pada tahun 1970.
 
HOOLIGAN memiliki arti yaitu fans bola yang brutal ketika tim bolanya kalah bertanding. HOOLIGAN merupakan stereotip sepakbola dari INGGRIS, tapi kemudian menjadi fenomena global, sebagian besar dari HOOLIGAN adalah para backpacker yang telah berpengalaman dalam bepergian mereka sering menonton pertandinganyang beresiko besar banyak dari mereka sering keluar-masuk penjara karena sering terlibat bentrok fisik untuk mengantisipasi adanya kerusuhan,,gaya berpakaian mereka pun sudah dipersiapkan untuk berkelahi mereka jarang menggunakan pakaian yang sama dengan tim mereka dan memilih pakaian asal-asalan agar tak dideteksi oleh polisi meski demikian, mereka tidak menggunakan senjata...para HOOLIGAN biasanya tidak duduk dalam satu tempat bersama-sama dalam stadion tapi mereka berpencar-pencar.

Anggota Red Army yang paling terkenal saat itu adalah Tony O’Neill ,yang memimpin kelompok tersebut pada akhir tahun 1970 hingga pada sekitar tahun 2001 ketika ia dilarang menginjakkan kaki di seluruh stadion sepakbola di Inggris oleh Pemerintah setempat, dan bisa dipastikan semuanya kenapa dia mendapat hukuman skorsing tersebut. O’Neill telah merilis dua buku tentang hooligan firm tersebut, yaitu Red Army General pada tahun 2004 dan The Men in Black di tahun 2006 dan kini menjadi pimpinan perusahaan Champions Sport Travel penyedia jasa bagi fans United yang ingin menghadiri pertandingan away Manchester United. 
Judul dari The Men In Black berasal dari aggota Red Army  yang dikenal selalu mengenakan pakaian-pakaian serba hitam saat menonton pertandingan, dengan insiden paling dikenang adalah ketika mereka pergi untuk men-support United melawan West Ham di Upton Park, saat itu mereka menyergap para fans Wes Ham mengenakan balaclava. Kegiatan ini telah mereka telah menurun sejak akhir 1980-an sebagai hooliganisme sepakbola pada umumnya telah menjadi masalah yang kurang produktif daripada itu untuk lebih dari satu dekade sebelum itu.

foto Tony O’Neill 
 
Di saat Red Army mengunjungi suatu kota maka tempat itu akan berdengung, mereka selalu pergi dalam kelompok besar, mereka melakukan perjalanan dengan kereta api, mobil besar, bus/truk atau apapupun kendaraan yang dapat mengangkut mereka ketempat tujuan karena semangat besar mereka guna mendukung tim kesayangannya. Bahkan tidak peduli jarak yang jauh, hujan atau cerah, tetap saja mereka ada di sana, berdiri dan tidak berhenti nge-chant selama pertandingan berlangsung. 
Selama bertahun-tahun Red Army selalu hadir di pertandingan United dengan jumlah yang besar, dan kini dalam era teknologi informasi yang sudah mendunia dengan adanya internet, Red Army makin dikenal secara global. Banyak dari fans Manchester United di seluruh dunia mendapatkan inspirasi dari mereka dalam men-support klub kebanggannya terutama dengan chant-chant mereka. Kini semakiin banyak fans United dimanapun mereka berada akan selalu menganggap dirinya sebagai Red Army
Sumber : http://armymayden.blogspot.com/2013/11/red-army-manchester-united-hooligan-gang.html

Apa Itu Ultras ?

Ultras diambil dari bahasa latin yang mengandung artian ‘di luar kebiasaan’. Kalangan ultras tidak pernah berhenti menyanyi mendengungkan yel-yel lagu kebangsaan tim mereka selama pertandingan berlangsung. Mereka juga rela berdiri sepanjang pertandingan berlangsung (karena negara-negara yang terkenal dengan ultras nya seperti Argentina dan Italia, menyediakan tribun berdiri di dalam salah satu sudut stadion mereka). Selain itu pun para ultras paling senang menyalakan kembang api atau petasan di dalam stadion karena hal itu didorong untuk mencari perhatian, bahwa mereka hadir di dalam kerumunan manusia di dalam stadion.

“As an ultra I identify myself with a particular way of life. We are different from ordinary supporters because of our enthusiasm and excitement. This means, obviously, rejoicing and suffering much more acutely than everybody else “.

Nukilan kalimat dari seorang anggota Brigate Rossonere, salah satu ultras AC Milan, membantu kita untuk mengenali fenomena ultras. Ultras bukanlah sekadar kumpulan suporter (tifosi) biasa melainkan kelompok suporter fanatik nan militan yang mengidentifikasikan secara sungguh-sungguh dengan segenap hasrat dan melibatkan dengan amat dalam sisi emosionalnya pada klub yang mereka dukung.

Ultras mempelopori suporter yang amat terorganisir (highly organized) dengan gaya dukung 'teatrikal' yang kemudian menjalar ke negara-negara lain. Model tersebut sekarang telah begitu mendominasi di Pran...cis, dan bisa dibilang telah memberi pengaruh pada suporter Denmark 'Roligans', beberapa kelompok suporter tim nasional Belanda dan bahkan suporter Skotlandia 'Tartan Army'.
Model tersebut masyhur karena menampilkan pertunjukan-pertunjukan spektakuler meliputi kostum yang terkoordinir, kibaran aneka bendera, spanduk & panji raksasa, pertunjukan bom asap warna-warni, nyala kembang api (flares) dan bahkan sinar laser serta koor lagu dan nyanyian hasil koreografi, dipimpin oleh seorang CapoTifoso yang menggunakan megaphones untuk memandu selama jalannya pertandingan.
Dalam tradisi calcio, ultras adalah "baron" dalam stadion. Mereka menempati dan menguasai salah satu sisi tribun stadion, biasanya di belakang gawang, yang kemudian lazim dikenal dengan sebutan curva. Ultras tersebut menempati salah satu curva itu, baik nord (utara) atau sud (selatan), secara konsisten hingga bertahun-tahun kemudian. Utras dari klub-klub yang berbeda ditempatkan pada curva yang saling berseberangan. Selain itu, berlaku aturan main yang unik yaitu polisi tidak diperkenankan berada di kedua sisi curva itu.

Kelompok Ultras yang pertama lahir adalah (Alm.) Fossa dei Leoni, salah satu kelompok suporter klub AC Milan, pada tahun 1968. Setahun kemudian pendukung klub sekota sekaligus rival, Internazionale Milan, membuat tandingan yaitu Inter Club Fossati yang kemudian berubah nama menjadi Boys S.A.N (Squadre d'Azione Nerazzurra). Fenomena ultras sempat surut dan muncul lagi untuk menginspirasi dunia dengan aksi-aksi megahnya pada pertengahan tahun 1980-an.


Fenomena ultras sendiri diilhami dari demontrasi-demontrasi yang dilakukan anak-anak muda pada saat ketidakpastian politik melanda Italia di akhir 1960-an. Alhasil, sejatinya ultras adalah simpati politik dan representasi ideologis. Setiap ultra memiliki basis ideologi dan aliran politik yang beragam, meski mereka mendukung klub yang sama. Ultras memiliki andil "melestarikan" paham-paham tua seperti facism, dan komunism socialism.
Mayoritas ketegangan antar suporter disebabkan oleh perbedaan pilihan ideologis daripada perbedaan klub kesayangan. Untungnya, dalam tradisi Ultras di Italia terdapat kode etik yang namanya Ultras codex. Salah satu fungsi kode etik itu "mengatur" pertempuran antar ultras tersebut bisa berlangsung lebih fair dan "berbudaya". Salah satu etika itu adalah dalam hal bukti kemenangan, maka bendera dari ultras yang kalah akan diambil oleh ultras pemenang. Kode etik lainnya ialah, seburuk apapun para tifosi itu mengalami kekejaman dari tifosi lainnya, maka tidak diperkenankan untuk lapor polisi.

Dewasa ini, ultras kerap dipandang sebagai lanjutan atau warisan dari periode ketidakpastian dan kekerasan politik 1960-an hingga 1970-an. Berbagai kesamaan pada tindak tanduk mereka disebut sebagai bukti dari sangkut paut ini. Kesamaan-kesamaan itu tampak pada nyanyian lagu - yang umumnya digubah dari lagulagu komunis tradisional - lambaian bendera dan panji, kesetiaan sepenuh hati pada kelompok dan perubahan sekutu dengan ultras lainnya, dan, tentunya, keikutsertaan dalam kekacauan dan kekerasan baik antara mereka sendiri dan melawan polisi!

Ultras itu sekelompok supporter tetapi dia sangat fanatik trhadap tim yg di dukung'a.. selalu mengibarkan panji2 kebesaran tim yg mereka dukung.. mereka bukan supporter biasa yg hanya duduk dan diem aja di stadion,. tetapi mereka itu atraktif, selalu menyanyikan lagu2 buat tim'a, membawa bendera besar ke stadion, membawa Red Flare, nampilin banner yg besar di stadion, menampikan Coreography dan satu yg penting.. "MEREKA SELALU BERDIRI SELAMA MENONTON PERTANDINGAN SAMBIL BERNYANYI UNTUK MENDUKUNG TIMNYA.."

mereka tergolong supporter yang ekstrim dlm bertindak (GARIS KERAS).. mereka jg memiliki ideologi politik tersendiri yg di anut, seperti Politik Sayap Kiri atau Sayap Kanan.. yg Sayap Kiri cenderung Ekstrim dlm bertindak, smentara yg Sayap Kanan masih patuh sma aturan, gag terlalu ekstrim klo bertindak..
oia, Ultras itu biasanya memiliki basis tersendiri di Stadion,.
seperti Ultras di Eropa , mereka selalu menetapi Tribun blakang gawang...
maka'a sebutan mereka adalah Curva Sud/ Curva Nord (Sud= Selatan , Nord= Utara).. gag pernah ada sebutan Curva Est dan Curva Covest..
Ultras sendiri punya kode etik di antara Ultras.. yaitu, mereka klo fight itu sifat'a open fight.. untuk merebut Banner/ bendera kebesaran yg jd simbol suatu grup Ultras.. dlm fight tersebut, mereka di larang melibatkan Polisi, karna Polisi itu haram.. A.C.A.B (All Cops Are Bastard)
Curva/ Tribun bagi Ultras, Polisi tidak boleh masuk ..


http://ultrasin-indonesia.blogspot.com/p/blog-page_9228.html

Sampai Kapan Darah Basuhi Sepak Bola Indonesia?


TANGIS menyelimuti sepak bola Indonesia. Di tengah karut-marut kompetisi dan perseteruan sejumlah pengurus yang makin mengecewakan, publik pencinta sepak bola Tanah Air kembali harus menyaksikan darah puluhan pemuda tertumpah di lapangan sepak bola. Kegembiraan menyaksikan permainan indah itu, kini seakan telah berubah menjadi olahraga yang amat menakutkan.
Sepak bola sejatinya memang tak bisa lepas dari unsur fanatisme yang terkadang berujung kekerasan maupun perkelahian para pendukung setia sejumlah klubnya. Tidak hanya di Indonesia, untuk level dunia pun sudah banyak bukti nyata yang menggambarkan bahwa olahraga tersebut bukan lagi sekadar pertarungan antara 22 manusia di dalam lapangan.
Masih lekat di benak pencinta bola, insiden berdarah yang terjadi di Liga Mesir, Febuari lalu. Seusai laga antara tuan rumah Al-Masri melawan Al-Ahly itu, 73 jiwa melayang sia-sia di atas rumput Stadion Port Said karena kerusuhan antarsuporter kedua tim. Dengan menggunakan pisau, kayu, dan benda tumpul lainnya, pendukung fanatik Al-Masri secara beringas menganiaya pendukung Al-Ahly di tengah lapangan.
Untuk level lebih tinggi, pertemuan Juventus dan Liverpool di final Liga Champions di Stadion Heysel, Brussels, Belgia, menjadi salah satu sejarah kelam sepak bola. Pertandingan dua raksasa Eropa pada 29 Mei 1985 itu diwarnai insiden tragis. Ejekan suporter kedua tim tersebut membuat emosi pecah hingga membuat pagar yang pemisah kedua suporter roboh. Walhasil, kericuhan terjadi dan 39 suporter tewas akibat peristiwa ini.
Nyawa tak berdosa
Sejumlah contoh itu memang lebih jauh menakutkan jika dibandingkan dengan apa yang terjadi di Indonesia. Akan tetapi, segala bentuk tindakan apa pun, sangat disayangkan apabila hingga memakan korban jiwa. Apalagi, selama tiga bulan terakhir, sembilan anak Negeri telah meregang nyawa akibat sepak bola Indonesia.
Pada Jumat (9/3/2012) malam, rombongan suporter Persebaya Surabaya yang hendak menuju Bojonegoro untuk mendukung timnya berlaga melawan Persibo dilempari batu oleh warga saat kereta api barang yang ditumpanginya masuk wilayah Babat, Lamongan. Sontak, kepanikan terjadi. Beberapa suporter yang berusaha menghindar kemudian terjatuh karena tersangkut kabel.
Akibat insiden itu, lima nyawa "Bonek Mania"—sebutan pendukung setia Persebaya—melayang. Sebanyak 18 pendukung lainnya mengalami luka-luka karena terkena lemparan batu dan terjatuh dari atas kereta api yang membawa mereka.
Dua bulan berselang, giliran Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, yang menjadi saksi tiga darah pemuda mengalir di dunia sepak bola Indonesia. Adalah Lazuardi (29), warga Menteng, Jakarta Pusat, yang tewas setelah dianiaya suporter seusai menyaksikan laga klasik antara Persija Jakarta dan Persib Bandung dalam lanjutan ISL. Nyawa dua orang lainnya, Rangga Cipta Nugroho (22) dan Dani Maulana (16), pun turut terenggut dalam insiden itu.
Tak sampai sepekan, Minggu (3/6/2012) malam, seorang "Bonek Mania", Purwo Adi Utomo, juga menjadi korban kejamnya sepak bola Indonesia. Pemuda yang masih berstatus sebagai pelajar kelas III SMK Negeri 5 Surabaya itu tewas terinjak-injak dalam kericuhan antara suporter dan aparat keamanan seusai laga Persebaya melawan Persija Jakarta dalam lanjutan IPL di Stadion Gelora 10 Nopember, Tambak Sari, Surabaya.
Aparat vs fanatisme
Sejumlah kenyataan menyedihkan tersebut kini terpampang jelas dalam dunia sepak bola Indonesia. Sangat disesalkan, olahraga yang digadang-gadang penuh sportivitas itu harus dirusak oleh sejumlah pendukung maupun segelintir pihak lain yang tidak bertangung jawab. Tak ayal, penyesalan dan kecaman pun datang dari beberapa insiden berdarah tersebut.
"Sepak bola Indonesia ini sudah rusak, jadi jangan ditambahi dengan masalah-masalah seperti ini. Sepak bola seharusnya tidak sampai seperti ini. Sampai kapan lagi sepak bola harus kehilangan nyawa-nyawa yang tidak perlu," sesal kapten Persija, Bambang Pamungkas, menanggapi sejumlah insiden berdarah itu.
Sosiolog Imam B Prasodjo berpendapat, kekerasan yang dilakukan suporter sepak bola merupakan bentuk emosional primitif yang mengarah ke perlakuan hewani. Jika tidak segera diselesaikan, proses kristalisasi sebagai kelompok suporter yang selalu menganggap lawannya adalah musuh, kekerasan itu masih terus terjadi dan bisa mengeras lagi.
"Yang menjadi perekat kelompok suporter adalah rasa kekitaan yang sangat emosional. Akibatnya, orang beranggapan bahwa di luar kelompok saya adalah musuh. Jika dibiarkan, nantinya kelompok ini bisa masuk ke dalam lingkaran budaya kekerasan yang menjadikan mereka bertindak sebagai mesin yang membenci kelompok lain," ujar Imam.
Memang, selain fanatisme sempit di setiap insiden berdarah dalam sepak bola itu memang juga tak bisa dilepaskan dari peran aparat dalam mengamankan sebuah pertandingan. Sebab, tak jarang, mereka pun dinilai bertanggung jawab atas sejumlah insiden itu. Tidak hanya di Indonesia, tragedi Hillsborough antara Liverpool dan Nottingham Forest pada 1989 menjadi kritik keras buat aparat keamanan yang dinilai teledor.
Guru Besar Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Senin (4/6/2012) malam, menilai aparat harus merancang bermacam usaha mencegah konflik di antara para suporter. Ia menilai, prosedur itu harus juga dilaksanakan secara baik ketika mengamankan suatu pertandingan besar yang identik dengan pendukung kesebelasan yang fanatik.
"Polisi pasti memiliki pertimbangan lain, karena tugas polisi adalah menciptakan public order. Memang perlu ada evaluasi kedua belah pihak. Jika polisi salah menerapkan tugasnya, silakan diperiksa. Tetapi, suporter juga harus sadar diri untuk tetap tertib dan tidak membuat masalah. Saya yakin, jika tidak ada hal-hal aneh, insiden itu tidak akan pernah terjadi," ujar Adrianus.
Respons dan tindakan nyata
Terlepas sebab muasal dari insiden berdarah tersebut, hilangnya puluhan nyawa itu telah menambah buruk sejarah kelam sepak bola Indonesia. Belum ada cara, respons, dan tindakan tegas untuk menyelesaikan persoalan itu secara nyata. Memang bukan pekerjaan mudah. Tapi, apakah sebanding jika olahraga favorit jutaan rakyat Indonesia ini terus memakan korban jiwa?
Lihat saja, Pemerintah Mesir langsung menghentikan seluruh kegiatan sepak bolanya akibat insiden berdarah di Port Said. Seluruh tim sepak bola Inggris pun berbesar hati rela menerima hukuman larangan tanding di kompetisi Eropa selama lima tahun dari FIFA atas ulah pendukung Liverpool dalam tragedi Heysel yang terjadi 27 tahun silam. Hasilnya, respons itu pun berbuah nyata, yakni sepak bola mereka dapat berkembang jauh lebih baik.
Bagi suporter, tak berlebihan juga jika mereka mencontoh rivalitas sejumlah klub luar negeri. Lihat saja perseteruan antara Barcelona-Real Madrid ataupun AC Milan-Inter Milan. Alasan kebencian yang mendarah daging dalam benak pendukung keempat tim itu yang berkaitan dengan sejarah panjang perjalanan bangsa mereka, bahkan jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan fanatisme suporter di Indonesia.
Namun, bagi Barcelona, Madrid, Milan, maupun Inter, rivalitas yang mengakibatkan pertumpahan darah adalah warisan kuno yang tak pantas dilakukan di era modern saat ini. Rivalitas dan fanatisme, bagi mereka, telah bertransformasi menjadi pertarungan sehat dan sengit di dalam lapangan. Sepak bola pun akan kembali pada hakikatnya, yakni sebagai permainan indah 22 manusia di atas rumput!
Melihat sejumlah fakta itu, sangat pantas jika pertanyaan besar disematkan kepada para suporter, pengurus, serta penanggung jawab sepak bola Indonesia. Kini, semuanya kembali pada kemauan dan keseriusan mereka membangun olahraga itu tanpa ada lagi ratapan tangis dan air mata, apalagi darah tertumpah. Sangat picik jika olahraga indah itu hanya terus menjadi penyumbang duka puluhan pemuda yang meregang nyawa akibat sepak bola.
 
Sumber :http://holigan84.blogspot.com/2012/11/sampai-kapan-darah-basuhi-sepak-bola.html

8 Hooligan Inggris Paling Terkenal

 1.The Red Army



Manchester united adalah salah satu klub sepakbola terbesar dengan permainan yang indah, sehingga supporter fanatik mereka, the red army, dapat dikatakan memiliki jumlah terbesar dengan tingkat hooliganisme tinggi di britania.

Sementara nama the red army juga digunakan untuk merujuk kepada fans man united pada umumnya, pada pertengahan 70-an nama itu menjadi identik dengan beberapa insiden menentukan dalam hooliganisme inggris.Bentrokan massal terekam pada tahun 1985. Kala itu the red army berseteru dengan hooligan west ham disekitaran kota manchester.


2. Chelsea Headhunters

Dihubungkan dengan klub kota london, chelsea, headhunters merupakan klub hooligan rasis yang juga kadang di kaitkan dengan front nasional dan paramiliter combat 18.Pada 1999, headhunter telah disusupi oleh seorang reporter bbc yang menyamar sebagai anggota tapi punya tato singa yang salah (fans berat chelsea pasti tau logo singa chelsea) - kesalahan berisiko yang membuat geram para headhunters.

Mantan pimpinan headhunters, kevin whitton, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada tahun 1985 setelah melakukan suatu serangan yang dianggap sebagai salah satu insiden hooliganisme sepak bola terburuk yang pernah ada di inggris.

Ketika itu chelsea mengalami kekalahan, whitton dan lainnya masuk ke sebuah bar sambil berteriak, "perang, perang, perang!!". Beberapa menit kemudian manager bar yang berasal dari amerika tersungkur sekarat dan seorang hooligan berteriak kepadanya, "kalian orang amerika datang ke sini dan mengambil pekerjaan kami!"



3. Millwal Bushwackers

Mereka adalah supporter fanatik klub sepakbola millwal. Nama bushwackers mereka ambil dari "plesetan" nama penyerbuan ketika perang saudara di amerika. Dan nggak ada yang mau cari gara-gara dengan hooligan satu ini.

Mereka bahkan punya senjata khusus yang dirancang sendiri untuk menyerang supporter lawan, mereka menyebutnya dengan "the millwal brick".Pada puncak kegiatan mereka di 1980-an, bushwackers kerap membuat ulah serius selama pertandingan, dan bertanggung jawab atas beberapa kerusuhan terburuk dalam sepakbola inggris.

Dan mereka bangga dengan kelakuannya itu.Walaupun setelah itu mereka tidak "segarang" sebelumnya, namun 2 supporter wolverhampton tewas dibuatnya. Ditusuk oleh pisau stanley.

Sementara di tahun 2002 lebih banyak lagi pertumpahan darah ketika malam pertandingan play off versus birmingham city. Polisi menggambarkan kejadian malam itu sebagai kekerasan terburuk dan menjadi reputasi bushwackers yang tidak akan tertandingi.


4. Birmingham Zulus

Kembali ke tahun 70-an, teriakan "zulu, zulu!" dijalanan birmingham hanya memiliki arti ; ksatria zulu, birmingham city yang terbaik dan provokasi untuk menantang bertempur.Dikenal karena anggotanya yang berasal dari berbagai latar belakang etnis, hooligan satu ini adalah salah satu yang paling ditakuti era 80-an - dan mereka tetap penyebab utama kerusuhan.

Bentrokan kekerasan seringkali terjadi dengan pendukung klub rival aston villa pada hari derby, dan zulu yang dikenal keras mempertahankan wilayah mereka dari serangan hooligan lain.

Di antara sekian banyak insiden yang dipicu oleh ksatria zulu ini adalah serangkaian kerusuhan di cardiff pada tahun 2001 yang menyebabkan satu pub hancur, satu orang diserang dan sembilan lagi dibawa ke rumah sakit.

Kemudian pada tahun 2006, sekitar 200 fans birmingham merobohkan pagar yang memisahkan mereka dari fans stoke setelah pertandingan piala fa, perang pun pecah, dan polisi tidak luput dari serangan zulu. Seorang perwira senior menggambarkan kerusuhan ini sebagai "kekerasan ekstrim".




5.Aston Villa Hardcore



Hooligan terkenal lainnya yang berbasis di birmingham adalah aston villa hardcore. Berafiliasi dengan klub aston villa atau dikenal sebagai the villains. Dan reputasi mereka juga tidak kalah sengitnya dibanding rival sekotanya.

Pada "pertempuran rocky lane" pada tahun 2002 menyebabkan beberapa gangguan serius di daerah aston setelah pertandingan antara villa dan birmingham city yang menyebabkan penangkapan 15 orang hooligan.

Kemudian pada tahun 2005, anggota hooligan, steven fowler, yang telah dipenjarakan selama enam bulan dalam perang tahun 2002, harus kembali mendekam di penjara untuk 12 bulan kemudian karena terlibat dalam serangan terorganisir antara hardcore villa dan headhunter chelsea di king's london's cross tahun 2004.

Juga pada tahun 2004, beberapa hooligan villa terlibat dalam pertempuran dengan fans quens park ranger di luar villa park di mana seorang pramugara meninggal ketika menyeberang jalan.

6.Inter City Firm



Sekelompok hooligan yang aktif dari tahun 1970an sampai tahun 1990, yang mereka menamainya dengan inter city firm (icf). Supporter fanatik dari klub london, west ham united.Dinamakan inter city sesuai dengan nama kereta yang mereka pakai untuk menyaksikan pertandingan away.

Inter city firm mempunyai kebiasaan unik dimana mereka meninggalkan kartu di tubuh lawan yang mereka serang dengan tulisan yang tertera: "selamat, anda baru saja bertemu dengan icf."meskipun sama-sama menyukai kekerasan, cass pennant, seorang yang berpengaruh di icf menyatakan icf berbeda dengan hooligan lainnya yang umumnya mereka rasis dan berhaluan neo-nazi.

Namun tetap saja mereka bukanlah teman-teman yang baik.Banyak contoh ekstrim perilaku kekerasan mereka telah didokumentasikan, bentrokan sering terjadi dengan hooligan saingannya bushwackers millwall.


7. 57 Crew



Dihubungkan dengan tim liga utama inggris portsmouth fc, dan dinamai berdasarkan waktu kereta yang membawa mereka ke stasiun waterloo london pada hari sabtu yaitu pukul 06:57. 6,57 crew adalah salah satu kumpulan hooligan terbesar selama tahun 1980-an, dan telah menyebabkan kekacauan di seluruh negeri.

Pada tahun 2001, mereka bertempur dengan fans coventry city di kandang conventry, merobek kursi dan melemparkan "molotov" ke lawan mereka.Pada tahun 2004, 93 anggota mereka ditangkap - termasuk anak 10 tahun yang menjadi hooligan termuda dalam sejarah hooliganisme inggris - mereka berulah dan memulai kerusuhan massa sebelum dan setelah pertandingan melawan saingan southampton, di mana polisi diserang dan toko-toko dijarah.

Lebih dari seratus hooligan portsmouth dilarang bepergian ke piala dunia 2006 di jerman karena dinyatakan bersalah atas kejahatan yang berhubungan dengan sepak bola.

8. Liverpudlian



Liverpool Football Club memiliki kebijakan tegas terhadap hooliganisme menggabungkan apa yang Anda bisa dan tidak bisa mengambil ke tanah dan perilaku di dalam stadion.Klub bekerja bersama-sama dalam kemitraan dengan Polisi Merseyside dan melakukan semuanya dalam kekuasaan mereka untuk memastikan insiden kekerasan terkait sepak bola-dan yang terkait tidak terjadi di dalam dan sekitar Anfield.

Sikap yang dibutuhkan adalah klub yang dikenal sebagai 'Tiga F' - Fair, Kantor dan Ramah.Ada kebijakan yang ketat terhadap kekerasan dan perilaku di dalam stadion. Jika seseorang dalam stadion merupakan pelanggaran peraturan tanah atau melakukan pelanggaran ketertiban umum di bawah tindakan kriminal, maka mereka akan menghadapi penangkapan.

Sesuai dengan hasil penangkapan, mereka bisa menghadapi larangan dari stadion.Jika kasus tertentu pergi ke pengadilan, polisi bahkan bisa mengajukan permohonan untuk perintah yang melarang untuk mencegah pelakunya dari menghadiri setiap acara olahraga lainnya di negeri ini.

Jika kipas telah melanggar peraturan tanah dan telah dikeluarkan dari stadion, tetapi tidak ditangkap yang pasti bukan akhir dari masalah ini. Liverpool Football Club dapat bergerak langsung untuk melarang orang itu, menyita tiket musim dan menghilangkan hak untuk dapat membeli tiket di masa depan.

Bahasa kotor dan kasar adalah masalah besar di Anfield dan klub bekerja sama dengan polisi untuk mencoba dan memberantas masalah ini.Bagi penggemar tidak yakin tentang apa yang mereka bisa dan tidak bisa membawa ke Anfield, ada kebijakan yang ketat: senjata ofensif seperti pisau, kembang api, senjata api, botol, kaleng dan alkohol tidak diperbolehkan di Anfield.

Bendera dan tiang bendera secara teknis tidak boleh dibawa ke stadion di Inggris tapi di Liverpool Football Club kita membuat pengecualian. Namun, apa yang tidak diizinkan adalah penggemar membawa tongkat besar, tiang, tabung atau barang lainnya yang bisa digolongkan sebagai senjata ofensif.

Ged Poynton adalah Stadion Anfield Manager dan pemegang sertifikat keamanan untuk tanah. Dia mengatakan: "Peraturan dasar secara jelas diuraikan dan ditulis di luar pintu putar Kami tidak menulis mereka, tetapi kami harus bekerja dalam diri mereka.."

Klub memiliki kebijakan ketat terhadap flare dan siapa membawa apapun ke Anfield akan menghadapi larangan hidup dari tanah karena mereka dapat menyebabkan cedera serius atau, pada kasus yang berat, kematian.Penggunaan flare dasar dalam sepak bola di Inggris adalah ilegal dan jika fans ditemukan pengaturan flare off di Anfield, klub menghadapi denda besar dan kuat.

Sumber : http://holigan84.blogspot.com/2012/11/1.html

Rabu, 05 Maret 2014

Adnan Januzaj, Si Kidal Masa Depan The Red Devils


Adnan Januzaj, Si Kidal Masa Depan The Red Devils Jika Bayern Munchen mempunyai winger kidal sekelas Arjen Robben, Real Madrid mempunyai Gareth Bale, maka Manchester United juga tak kalah dengan memiliki winger kidal yang dijuluki terong-terongan, Adnan Januzaj.

Januzaj lahir pada Minggu Kliwon tanggal 5 February 1995 di salah satu dukun beranak di Brussel, Belgia. Ia merupakan keturunan dari Albania-Kosova (bagian dari Serbia).
Perjalaan karir sepakbola Januzaj dimulai ketika ia masuk SSB FC Brussel, lalu pada umur 10 tahun ia masuk akademi sepakbola Anderlecht. Berkat kejelihan tim ‘scouting’ arahan Ferguson, Adnan akhirnya direkrut Manchester United pada Maret 2011.
Januzaj memulai debut di tim senior Manchester United pada 11 Agustus 2011, saat MU menghadapi Wigan Athletic. Lalu tak berselang lama kemudian ia melakoni debut di EPL saat menghadapi Crystal Palace. Pada 05 Oktober 2013 Januzaj behasil mencetak dua gol ke gawang Sunderland yang membawa The Red Devil unggul 2-1 di Stadium of Light.
adnan-janusaj_2693792b
Walaupun David Moyes sering ‘dibully’ dan disalahkan oleh banyak fans United atas performa mereka musim ini, tapi untuk masalah Januzaj Moyes merupakan seorang pahlawan. Ia merupakan orang yang pertama kali menurunkan Januzaj di tim senior dan hingga kini ia sering memberi Januzaj kesempatan untuk bermain.
adnan-januzaj
Selain memiliki skill bermain bola yang bagus, Januzaj memiliki keunikan sendiri dengan memiliki paspor 7 negara , yakni: Inggris, Belgia, Albania, Turkey, Serbia, Kosovo dan Kroasia. Keadaan tersebut tentu membuat dirinya pusing mau membela Timnas yang mana. Bahkan kabarnya Indonesia mau menaturalsasi Januzaj loh!

Performance data for season 13/14

Januzaj performance
Masalah Percintaan:
Dalam urusan percintaan, Januzaj juga merupakan seorang juara. Gimana enggak coba, doi berhasil mengencani model sexy bernama Tulisa yang berusia 5 tahun di atasnya. Lebih tua sama dengan lebih berpengalaman, mungkin itu lah poin penting yang diambil Januzaj dalam masalah percintaannya. Ia menginginkan Tulisa membimbing dirinya menjadi pria dewasa yang tangguh di ranjang dan di luar ranjang.

adnan-dashura





















Sumber : http://bolawow.com/adnan-januzaj-si-kidal-masa-depan-the-red-devils/


4 Kelemahan MU yang Perlu Dibenahi


Pemain Manchester United

     4 Kelemahan Manchester United ini dikatakan banyak pihak harus segera dibenahi agar bisa memperbaiki performa United yang memang telkah ‘rapuh’ sejak awal musim dan sepeninggal Opa Fergie.
Manchester United, klub bersejarah hebat yang bermarkas di Old Trafford, Manchester ini termasuk dalam salah satu raksasa Eropa yang seolah sedang mengalami penurunan performa musim ini. Hal itu terlihat dari serentetan hasil buruk  yang mereka dapatkan sejak awal musim 2013/2014 ini. Hal tersebut pun akhirnya mengundang beberapa pihak untuk menganalisis mereka, termasuk penulis sendiri. Menurut kami, ada 4 kelemahan United yang harus segera dibenahi. Berikut ulasan lengkapnya.

1. Rapuhnya Lini Belakang
Setan Merah Kota Manchester ini masuk ke dalam daftar 8 klub yang paling banyak kebobolan sejak pekan pertama EPL, sejauh ini mereka telah kebobolan 15 gol. Ini sepertinya berkaitan dengan usia Duo bek tengah mereka yaitu Nemanja Vidic dan Rio Ferdinand yang semakin menua, ditambah lagi kedua bek sayap yang tidak menentu. MU, harus segera mencai bek handal untuk mengurangi rasio kebobolan mereka.

2. “Kebolongan” di Lini tengah
Mendatangkan seorang Marouane Fellaini ternyata tak bisa memperbaiki kebocoran yang ada dilini tengah Manchester United, sepertinya kali ini Moyes keliru mendatangkan pemain. MU membutuhkan seorang gelandang tengah yang pas sebagai tandem dari Michael Carrick, jika tidak jantung serangan mereka akan melemah ditiap pekan nya.

3. Pergi nya sang Motivator Handal
Ferguson adalah sosok Motivator yang handal, ialah yang membangun mental juara kepada para pemain Manchester United, namun saya kini The Godfather itu telah pensiun. Sosok moyes sepertinya tidak bisa terlalu banyak menggantikan peran Fergie, buktinya mereka kehilangan mental pantang menyerah yang diajarkan Fergie.

4. Hanya Bertumpu Pada Van Persie
Semenjak kedatangan Robin Van Persie, MU terlihat hanya mengandalkan penyerang Timnas Belanda itu sebagai pencetak gol di setiap pertandingan dan memilih untuk memindahkan posisi Rooney. Di musim lalu, cara itu memang berhasil, tapi sejak awal musim ini Cara itu sudah tidak efektif lagi. Versie tak secemerlang ketika pertama kali berseragam United.

Sumber : http://sonicsbobet.com/berita-bola/4-kelemahan-mu-yang-perlu-dibenahi/

Kepergian Vidic Disesali Legenda MU


Kepergian Vidic Disesali Legenda MU
Vidic bakal dirindukan oleh klub. (c) AFP
 
Bola.net - Mantan bek Manchester United, Gordon McQueen, mengungkapkan kekecewaannya terkait keputusan Nemanja Vidic untuk mengakhiri karirnya di Old Trafford pada akhir musim ini.McQueen membela Manchester United dari tahun 1978 hingga 1985 dan ia percaya bahwa pemain asal Serbia itu sudah menjadi sosok yang amat menonjol di klub. Kepergiannya tentu akan sangat terasa akibatnya bagi tim.
"Selalu mengewakan rasanya jika kemudian ada pemain hebat seperti dirinya memutuskan untuk menyelesaikan karir di sini," tutur McQueen pada situs resmi klub.
"Kami memiliki beberapa bek sentral dengan kerja sama yang hebat di lini belakang seperti Gary Pallister dan Steve Bruce, Vidic dan Rio Ferdinand berada di kelas yang sama. Ini memang mengecewakan namun ini adalah bagian dari permainan," pungkasnya  (mutv/rer)

Sumber : http://m.bola.net/inggris/kepergian-vidic-disesali-legenda-mu-48fb7e.html